Kamis, 02 November 2017 0 komentar

Jutaan gemintang ku rasai dengan penuh sungguh 

Mencari satu yang cukup terang tuk ku jadikan lamunan 

Kelap kelip tak karuan pesonanya, urung juga ku temui satu yang paling berkilau 

Lalu ku rebahkan tubuh penuh lesu ini ke tanah, memasrahkan pada semut semut yang berkeliling mencari makan

Ku ulangi lagi memadangi langit kelap kelip malam ini

Nyatanya ku temukan kedamaian padanya

Tubuh masih tergeletak terbawa gravitasi bumi 

Mimpiku sekarang ini terpental ke langit sana akibat percepatan rotasi bumi yg mendadak fluktuatif 

Ku ingini melayang layang tak karuan melihat bumi dari luar sana 

Melihat kamu yang tengah menjiwai semesta

Rabu, 02 September 2015 0 komentar
Layang-layang belajar terbang. Layang-layang ini sudah lama tak terbang, dia hanya tertiup kesana-kemari tanpa arah. Sekarang dia sudah tertali. Maka belajar terbanglah dia melebihi pucuk cemara. Angin timur meniupnya kencang menjajaki tahta awan. Siapa yang bisa menjadikannya tinggi kalau tak berjumpa tali yang dilihatnya pagi diujung meja. Sudah lama tak menyadari atau sudah waktunya untuk terbang tinggi.
Jumat, 24 Juli 2015 0 komentar

Aku akan sedikit berkata, hingga engkau paham kata-kata yang belakangan ini kehilangan ruhnya.
Nantipun masih akan aku dengar resahmu dari pangkal huruf A hingga ujung Z, hingga tanda-tanda yang belum engkau terjemahkan.
Beginilah waktu hingga purnama menjadi purnama dalam batas fana.

Kamis, 18 Juni 2015 0 komentar

Orang yang Butuh Bicara

Dalam hiruk pikuk manusia kini ada seorang yang merasa hening dalam dirinya. Kejadian-kejadian sekitar membuat dirinya terlibat sedikit dan tak jarang juga banyak. Hampir-hampir bagian kebahagiaannya diciptakan melalui kejadian-kejadian disana. Kejadian yang meliputi orang, tempat, cerita, dan rerasa. Banyak kalangan menganggap dirinya hilang dalam dunia yang diciptakannya sendiri. Tapi orang itu keliru, dia hilang dalam pencarian diri.
Apakah kini manusia menyadari dirinya sendiri? Siapakah dia? Ruang-ruang penciptaan imajinasi dibuatnya nyata. Dia mengeluarkan suara tawa dan tangis bebarengan. Siapa yang tahu itu? Siapa yang sadari? Manusia kemudian termakan pada monolog. Media yang ada dimana seharusnya ada untuk saling berdialog kini pun bias. Apakah mereka benar-benar berdialog atau hanya sekedar bermonolog untuk memenangkan egonya? Pun kini adakah orang yang mendengar untuk berbicara? Mendengar untuk memahami? Disekitarmu, sadarikah ada orang yang butuh bicara denganmu kini dan nanti.

Senin, 04 Mei 2015 0 komentar

Perahu Patah Tiang

Perahu patah tiang
Terombang - ambing deras samudera
Menanti cakrawala menitip terang
Disana kau benderang

Ada duka yang terbaik
Kau karam bersama
Entah tua atau muda
Lusa lupa nona

 
;